Syahdu malam menderangi
alam dengan kelembutan hembusan rasa syukurku pada-Nya. Wajah malam tak seperti
siang, gelap gulita sebatas penerang dari pantulan sang penerang siang melalui
rembulan. Aku diam berbekal pena dan sejumlah tumpukan kertas yang semakin hari
semakin terisi dengan goresan-goresan.
Saudaraku,,
Ya,, kata itu yang menjadi
penghias malam ini, entah mengapa, rasa rinduku pada kalian bagaikan potongan
episode yang hilang, mungkin juga kebersamaan kita tak jua timbul kembali
dengan kisah masa itu. Kisah penyejuk kalbu, kisah kebersamaan dengan untaian
doa dan ikatan ukhuwah diantara kita.
Saudaraku,,
Aku masih ingat saat
dimana kita menggoreskan tinta impian masa SMA, impian yang kini telah kita
genggam atas takdir-Nya, namun rencana dan impian itu tak selamanya terbaik
untuk kita, saat diantara saudara kita
belum mencapai apa yang diimpikannya, sadarlah dan ingatlah azzam tuk
memotivasi dan sekedar menyemangati tak ada kata henti,,
Saudaraku,,
Masih ingatkah
engkau, saksi bisu itu masih kokoh berdiri di antara gedung sekolah kita dulu.
Ya,, masjid, tempat dimana kita merasa tenang didalamnya, merasa kekuatan
dengan segala keterbatasannya, aku ingat saudaraku “shohibul masjid” kerap kita
pakai nama itu, entah kebiasaan kita tuk setia dengan bangunan itu, atau karena
penghargaan orang terakhir yang keluar dari masjid itu, yang disematkan kepada
kita duhai saudaraku, tak lepas juga ingatanku ketika diantara kita dengan
semangat ketentaraanya menyematkan kata untuk kita “seven soldier” ataukah “7
prajurit bodoh” dengan kebodohanya.
Sekejap malam ini
kembali kuingat masa-masa itu, kisah yang hanya sebagian kecil dari serangkaian
kisah yang pernah kita lalui bersama...
Aku
Rindu…
Aku
Rindu…
Aku
Rindu…
0 comments:
Posting Komentar