Minggu, 12 Juni 2011

Universitas Indonesia, Tanah leluhurku

Encang-encing, nyak-babe,.

Begitulah kehidupan betawi pinggiran. Harmonis penuh kekhasan, kebudayaan kokoh diterapkan.

Pondok Cina, "kampung Rawa", begitulah kata ibuku, tanah leluhur kakek yang kini berdiri kokoh pusat pendidikan idaman semua orang, termasuk "aku".
Ya.. UNIVERSITAS INDONESIA.



Dahulu warga betawi terkenal dengan sebutan juragan tanah, namun kini hal itu tingal kenangan, karena tergusurkan, benar kata bang iwan fals dalam lirik lagunya:
"kambing sembilan, motor tiga, bapak punya, ladang yang luas habis sudah sebagai gantinya"

Perkembangan zaman, sebanding dengan meningkatnya kebutuhan, penggusuran demi penggusuran dilakukan. Kehidupan saat itu bak nomaden. Teman, sahabat, kenangan pun hilang dan terpaksa tertinggal.

1975. Rencana pemerintah saat itu dalam rezim orde baru, dengan sang penguasa bapak pembangunan. Tak pelak, kota jakarta berbenah hingga merambah ke pinggiran kota yang kini dikenal sebagai DKI. Kami menjadi korban, titel "AGUS>Anak gusuran" kami sandingkan. begitu ibukun berkata,

Iming-iming serta bujukan cukup lumrah kami dengar, sampai kami harus meninggalkan tanah kelahiran.

Satu kalimat yang ku ingat. dari kakekku
"SUATU SAAT NANTI AKU DAPAT MENUNTUT ILMU DI TANAH LELUHURKU DENGAN BIAYA CUMA-CUMA" begitulah iming-iming penguasa saat itu dan kakekku terpaksa meninggalkan kampung penuh kenangan.

Kini aku datang dengan jaket kuning yang kusandingkan, dan menagih iming-iming penuh harapan.
Akankah menjadi kenyataan??

Kini hal itu tejawab sudah...
ILHAM RAMDONI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar