Sabtu, 10 November 2012

Cerita Pagi


Sejernih embun pagi yang kulihat disaat sang mentari mulai melirik menampakan diri, sebersih embun pagi yang menempel di pucuk dedaunan dan rerumputan. kicau burung pipit yang bersandau gurau dengan lainnya, atau sekadar usaha menarik perhatian si betina. terpana aku  melihatnya, dengan terpaan angin lembut yang kurasa di pagi ini. aku suka mentari di ahad pagi, aku suka segarnya udara di ahad pagi, aku suka embun yang senantiasa ku tendang diantara rerumputan guna menyegarkan kaki. 


Ahad pagi ini begitu sempurna, aku yang biasanya berada diasrama atau ditempat lain selain di rumah tercinta. Namun kali ini berbeda, aku berada di tempat yang tak akan ku lupa. ya, rumah kecil dengan besarnya cerita, sederhana namun bagiku begitu mempesona. 



Suguhan kopi pagi ini selalu saja mengawali babak cerita penghuni rumah, dimulai dari Ibu yang bercerita sulitnya mengajar anak-anak kampung untuk mengenal alif, ba, ta, tsa. Sudah enam bulan Ibu mengajar, ba'da maghrib menjadi pilihan tepat dan ruang tamu rumah atau lebih tepatnya ruang serbaguna digunakannya untuk mengajar anak-anak. banyak cerita Ibu dari pengalamannya mengajar, kadang lucu melihat anak-anak yang saling berlomba untuk adzan dikala maghrib tiba, hingga terharu dengan semangat mereka yang hadir kerumah dari jam 5 sore menunggu gema azan maghrib tiba. Sesi Ibu cerita selesai dan beralih ke adikku yang paling kecil. Ia memulai cerita tentang teman kelasnya yang selalu menjahilinya, belum lama ini bangku tempat ia duduk di kelas dijebak dengan jebakan permen karet, alhasil rok adiku terkena permen karet yang membuat ia menangis. dengan nada kesal ia ceritakan hal itu kepada kami. setelah adikku yang paling kecil bercerita. lalu adiku yang lainnya, Ia bercerita tentang persiapan PKL (Praktik Kerja Lapangan) yang tinggal beberapa bulan lagi, dengan semangatnya ia terus mempersiapkan hal tersebut, maklum adiku yang satu ini memang selalu semangat dengan hal yang berkaitan dengan  kerja. bahkan ia pun sering membantu ayah bekerja. Kini giliranku untuk bercerita, dan aku bingung apa yang harus ku ceritkan, dan aku memilih tidak bercerita dihadapan mereka. meski mereka memaksa, terlebih adikku yang kecil ia terus memaksaku untuk bercerita. 

Aku tetap tidak mau bercerita, karena bagiku tidak ada cerita yang paling special selain cerita mereka.meski aku membuat mereka kecewa, tetapi aku punya alasan mengapa aku tidak bercerita, karena aku akan bercerita kepada mereka tentang ahad pagi ini yang penuh bahagia.

Teruntuk :
Ibu
Ibu 
Ibu
Ayah
Adik pertamaku
Adik bungsuku

_Aku mencintaimu karena Allah SWT



Tidak ada komentar:

Posting Komentar