Kamis, 11 Oktober 2012

Saudaraku




Syahdu malam menderangi alam dengan kelembutan hembusan rasa syukurku pada-Nya. Wajah malam tak seperti siang, gelap gulita sebatas penerang dari pantulan sang penerang siang melalui rembulan. Aku diam berbekal pena dan sejumlah tumpukan kertas yang semakin hari semakin terisi dengan goresan-goresan.

Saudaraku,,
Ya,, kata itu yang menjadi penghias malam ini, entah mengapa, rasa rinduku pada kalian bagaikan potongan episode yang hilang, mungkin juga kebersamaan kita tak jua timbul kembali dengan kisah masa itu. Kisah penyejuk kalbu, kisah kebersamaan dengan untaian doa dan ikatan ukhuwah diantara kita.


Saudaraku,,
Aku masih ingat saat dimana kita menggoreskan tinta impian masa SMA, impian yang kini telah kita genggam atas takdir-Nya, namun rencana dan impian itu tak selamanya terbaik untuk kita, saat diantara  saudara kita belum mencapai apa yang diimpikannya, sadarlah dan ingatlah azzam tuk memotivasi dan sekedar menyemangati tak ada kata henti,,

Saudaraku,,
Masih ingatkah engkau, saksi bisu itu masih kokoh berdiri di antara gedung sekolah kita dulu. Ya,, masjid, tempat dimana kita merasa tenang didalamnya, merasa kekuatan dengan segala keterbatasannya, aku ingat saudaraku “shohibul masjid” kerap kita pakai nama itu, entah kebiasaan kita tuk setia dengan bangunan itu, atau karena penghargaan orang terakhir yang keluar dari masjid itu, yang disematkan kepada kita duhai saudaraku, tak lepas juga ingatanku ketika diantara kita dengan semangat ketentaraanya menyematkan kata untuk kita “seven soldier” ataukah “7 prajurit bodoh” dengan kebodohanya.

Sekejap malam ini kembali kuingat masa-masa itu, kisah yang hanya sebagian kecil dari serangkaian kisah yang pernah kita lalui bersama...

Aku Rindu…
Aku Rindu…
Aku Rindu…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar