Kamis, 08 November 2012

Budaya Indonesia Selamatkan Bencana



Bencana yang menimpa negeri ini memang tak pernah kenal kata henti. Meski sejenak, namun terus silih berganti menghampiri. Bencana yang ada dan menimpa negeri ini memang terbilang ironis. Hal ini disebabkan negeri ini tidak hanya berhadapan dengan satu jenis bencana saja, melainkan berbagai jenis bencana yang hampir meliputi semua komponen lingkungan dalam menopang kehidupan. Lihatlah luapan lumpur Lapindo yang kian hari mengeluarkan isi dari dalam perutnya tanpa henti. Mari tengok bancana kebakaran hutan dikala kemarau panjang. Dapat juga kita lihat potret kota metropolitan dengan keangkuhan gedung pencakar langitnya, namun tak banyak bicara di kala hujan lebat tiba. Banjir pun setia menemani kota Jakarta. Tak hanya sebatas itu, negeri ini selalu dibayangi  kewaspadaan  jika sewaktu-waktu goncangan hebat menggetarkan bumi Indonesia, bahkan sampai-sampai meluapkan muntahan air di lautan. Wajar saja negeri ini rawan dengan bencana, empat lempeng tektonik berada di bawah gugusan pulau ini. Bahkan deretan gunung berapi kian menambah kewaspadaan kita akan bencana yang terjadi di negeri ini.


Dalam beberapa dekade belakangan ini, bencana yang terjadi di Indonesia kian marak, mulai dari bencana yang secara langsung berasal dari tangan ulah manusianya sampai pada bencana yang berasal dari alam. Masih kental dalam sebuah ingatan dan dalam benak kita, bencana Tsunami di Aceh yang merenggut ribuan korban jiwa. Jutaan mata penduduk di belahan dunia berduka. Bencana ini tidak hanya berdampak pada hilangnya anak dari pangkuan ibunya, hilangnya pekerjaan, hilangnya orang-orang  yang di sayangi, hilangnya harta, hilangnya kesadaran bahkan sampai hilangnya kepercayaan terhadap  Tuhan. Begitulah potret dari dampak bencana yang pernah menimpa negeri ini. Kehancuran di sana-sini. Kerusakan akibat terjang gelombang pasang. Retakan dari getaran gempa yang meruntuhkan. Hingga korban pun banyak berjatuhan.
Masih ingatkah kita pada pelajaran yang diberikan langsung dari suatu negeri yang belum lama ini berduka akibat bencana? Pelajaran kesiapsiagaan, pelajaran kemandirian, pelajaran kedewasaan, juga pelajaran kesanggupan dalam menangani bencana. Bahkan rentetan bencana dari dampak gempa dan tsunami pun dapat teratasi dengan sigap oleh seluruh komponen warga dari negeri sakura tersebut. Jepang telah berhasil memberikan pelajaran yang berarti untuk negara di seluruh dunia dan berhasil mendapat apresiasi tinggi karena pelajaran kesiapsiagaan menanggulangi dampak dari bencana yang dicontohkannya. Bahkan cap negeri “siap akan bencana” pun pantas disandingkan. Meski korban yang berjatuhan mencapai ribuan, namun tak mengurangi arti dari kesiapsiagaan warga Jepang dalam menggulangi bencana.
Bagaimana dengan Indonesia? Apa yang akan terjadi jika bencana yang belum lama terjadi di Jepang menimpa negeri kita tercinta? Jepang saja, negara yang secara keseluruhan tumbuh atas naungan teknologi yang dapat dijumpai di setiap sisi negaranya hanya bisa mengurangi dampak dari bencana tersebut hingga tidak memakan korban yang banyak. Pertanyaan yang wajib di jawab dari pertanyaan yang ada di awal. Bengaimana dengan Indonesia? Sudah siapkah dengan kesigapan dalam menghadapi bencana yang mungkin dalam waktu dekat ini akan terjadi lebih dari apa yang pernah terjadi dalam tsunami 2004 silam, bahkan lebih dari bencana yang belum lama terjadi di Jepang. Jika menelisik kebelakang sudah semestinya kita belajar banyak dari apa yang pernah terjadi dari rangkaian bencana yang pernah terjadi, jika kita belajar dari bencana tsunami 2004 silam, rasanya tujuh tahun lamanya menjadi waktu yang ideal untuk negeri ini belajar lebih banyak dalam kesigapan menghadapi bencana.
Jika negara ini belajar dari Jepang dalam menangulangi bencana dan kesigapan dalam menghadapi bencana, maka sudah kepastian negeri kita kalah dari segi teknologi dalam menaggulangi bencana. Namun upaya belajar tersebut dapat kita ambil dari budaya yang melekat pada warga negara jepang, dimana kebiasaan disiplin di segala aspek kehidupan di terapakan, mulai dari disiplin diri, disiplin waktu, disiplin keberisihan, disiplin pergaulan hingga disiplin dalam memenfatkan sumber daya alam.
Berbicara budaya yang nantinya dapat menyelamatkan bencana atau sekedar mengurangi dampak dari apa yang terjadi paska bencana adalah sebuah keniscayaan, hal itu terbukti dengan budaya yang di terapkan oleh negara Jepang  dalam memandang kearifan lokal (local wisdom) yang di terapakan hingga menjadi nilai yang baik dan tertanam dalam diri warga Jepang, termasuk dalam upaya mengurangi dampak dari bencana sampai pada kesigapan dalam menangulangi bencana. Indonesia pun dapat menlaksanakan hal itu bahkan lebih dari apa yang sudah dilaksanakan oleh warga jepang, jika semua lapisan masyarakat Indonesia dapat memahami lebih jauh dari kearifan lokal yang mengakar dari inti kebudayaan.
Dalam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Jika local wisdom ini di jadikan dan diarah menjadi suatu hal yang bersifat positif dan mengarah pada kebiasaan yang baik hingga terciptanya kebudayaan yang tertanam maka pada hakikatnya sebuah keniscayaan perubahan itu terjadi.
Perubahan yang seperti apakah yang menuntut dan dapat menjadikan negara ini dapat menanggulangi bencana yang natinya akan terjadi. Jika kearifan lokal menjadi salah satu jalan yang nantinya menjadi titik dalam mengarahkan perubahan, maka negara ini harus menciptakan kesadaran hingga tumbuh rasa untuk menanamkan kebudayaan yang baik, sehingga perubahan yang dinantikan itu menjadi cermin untuk melangkah dalam berprilaku yang mengarah pada kreatifitas, kemampuan juga menghadirkan penemuan-penemuan baru. Jadi kearifan lokal yang menjelma menjadi kebuudayaan menjadi manifestasi kehidupan seseorang atau kelompok unuk mrngubah alam mejadi lebih baik lagi.
Elly Burhainy Faizal dalam SP Daily tanggal 31 Oktober 2003 dalam http://www.papuaindependent.com, mencontohkan beberapa kekayaan budaya, kearifan lokal di Nusantara yang terkait dengan pemanfaatan alam yang pantas digali lebih lanjut makna dan fungsinya serta kondisinya sekarang dan yang akan datang. Kearifan lokal terdapat di beberapa daerah:
1.       Papua, terdapat kepercayaan te aro neweak lako (alam adalah aku). Gunung Erstberg dan Grasberg dipercaya sebagai kepala mama, tanah dianggap sebagai bagian dari hidup manusia. Dengan demikian maka pemanfaatan sumber daya alam secara hati-hati.
2.       Serawai, Bengkulu, terdapat keyakinan celako kumali. Kelestarian lingkungan terwujud dari kuatnya keyakinan ini yaitu tata nilai tabu dalam berladang dan tradisi tanam tanjak.
3.       Dayak Kenyah, Kalimantan Timur, terdapat tradisi tana‘ ulen. Kawasan hutan dikuasai dan menjadi milik masyarakat adat. Pengelolaan tanah diatur dan dilindungi oleh aturan adat.
4.       Masyarakat Undau Mau, Kalimantan Barat. Masyarakat ini mengembangkan kearifan lingkungan dalam pola penataan ruang pemukiman, dengan mengklasifikasi hutan dan memanfaatkannya. Perladangan dilakukan dengan rotasi dengan menetapkan masa bera, dan mereka mengenal tabu sehingga penggunaan teknologi dibatasi pada teknologi pertanian sederhana dan ramah lingkungan.
5.       Masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan, Kampung Dukuh Jawa Barat. Mereka mengenal upacara tradisional, mitos, tabu, sehingga pemanfaatan hutan hati-hati, tidak diperbolehkan eksploitasi kecuali atas ijin sesepuh adat
6.       Bali dan Lombok, masyarakat mempunyai awig-awig.

Dari berbagai kearifan lokal yang tertera di atas, jelas sekali jika dapat di maknai lebih dalam, maka secara keseluruhan aktifitas dalam kearifan lokal itu bersentuhan dengan alam dan memungkinkan upaya dalam mengurangi dampak dari bencana yang di timbulkan oleh alam pun dapat terjadi, tak sebatas itu saja, kearifan lokal dapt menjadi langkah dalam upaya melestarikan alam.
Berbicara kearifan lokal memang sudah seharusnya bangsa ini mau dan aktif dalam melestarikan kebudayaan yang bersentuhan langsung dengan alam sehingga keseimbangaan alam tetap terjaga.  Namun tidak lengkap rasanya hanya sebatas mengandalkan kearifan lokal yang meletarikan alam, karena pada dasarnya hal tersebut hanya bagian dari upaya preventif dari bencana alam yang akan terjadi. Pertanyaanya, bagaimaa dengan upaya represif ? yaitu upaya yang di lakukan paska bencana alam?
Dahulu negara ini terkenal dengan jiwa negara yang siap dalam tolong-menolong lalu juga di kenal dengan negara gotong-royong. Dari sebuah semangat dalam gotong royong tersebut, seharusnya negara ini sudah mempunyai modal awal yang besar dalam upaya refresif menaggulangi bencana. Namun apakah sudah  berjalan dengan baik?
Berbicara gotong royong, merupakan kebudayaan yang harus di lestarikan, berawal dari kebiasaan nenek moyang negeri ini yang mau dan mempunyai semangat berbagi, semangat tolong menolong, juga semangat kebersamaan. Jika hal positif ini di kembangkan dan di aplikasikan dalam kehidupan saat ini, maka tidak menutup kemungkinaan penanggulangan paska bencana dapat teratasi secara berangsur. Mulai dari penataan kembali lingkungan yang rusak secara bersama hingga penataan keseluruhan dalam mengukir kembali apa yang dahulu telah ada, sampai pada penataan kesadaran diri dalam budaya hidup bersih, budaya membuang sampah pada tempatnya. Karena meski dari hal terkecil inilah titik awal dari perubahan menuju inidonesia yang lebih berbudaya dan tentunya berbudaya dalam menjaga kelestarian alam, berbudaya dalam hidup saling bergotong royong juga berbudaya dalam disiplin di segala bidang. Jadi dengan modal itulah, keniscayaan bangsa ini menjadi lebih baik akan tercipta. Bahkan menjadi negara yang benar siap dalam menaggulangi bencana dan juga siap menjadi kelestarian alamnya.
Demikianlah proses menuju kedewasan bangsa ini dalam menyikapi bencana, baik dalam upaya mengurangi dampak bencana baik dari alam maupun dari ulah manusiaanya. Atas dasar kesadaran, semangat kebersamaan dalam melestarikan kearifan lokal, juga semangat menuju perubahan maka sudah sepantasnya Indonesia menjadi negara yang dengan budayanya dapat menyelamatkan bencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar