Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.
(QS. Al-Qhasas: 56)
“Ustadz, kenapa dakwah ini begitu beratnya”, tanyanya kepada ustadz,
“Kalau tidak berat bukan dakwah akhi” jawabnya,
“Ana heran ustadz, setiap amanah binanan untuk ana, akhirnya malah bubar?”
“Antum liat diri antum dulu, keberhasilan dakwah sangat berkaitan dengan keberkahan antum dijalan dakwah ini”
“Bagaimana kapasitas ruhiyah antum?” tanya ustadz
“...................................................”
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (at-Taubah:111)
“Ingat akhi, I’dad Maknawi harus antum kuasai sebaik-baiknya”
“ Apakah antum sudah Totalitas dijalan dakwah ini?”
“Bagaimana Pemahaman antum?”
“Bagaimana Keimanan antum?”
“Karena keberhasilan Dakwah, sejalan dengan Keberkahan antum dijalan Dakwah ini”
“Antum ingat kisah dalam perang Qadisyah?”
Dikisahkan dalam perang Qadisyah yang sedang berkecamuk, tiba-tiba panglima Sa’ad bin Abi Waqqash mencekal seorang prajurit yang gagah berani dan paling ksatria, Abu Mihjan namanya. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Ketidak bolehan ikut berperangnya beliau lantaran datang perintah khusus dari khalifah Umar di Madinah untuk membersih-kan pasukan dari orang-orang yang masih suka melakukan maksiat. Ternyata Abu Mihjan selain menjadi seorang prajurit yang handal juga terkenal sebagai penyair yang masih sering memuja khamar. Atas kelakuannya itu, Abu Mihjan harus mendekam dalam penjara benteng Qadisyah sementara pasukan muslim lainnya maju ke Medan tempur.
Setelah bertobat dan berjanji tidak mengulanginya lagi, baru dia dibebaskan dan boleh ikut dalam jihad itu lagi. Hal ini dilakukan oleh Umar dan Sa’ad bin Abi Waqqash lantaran yakin bahwa KEMENANGAN itu tidak akan turun kecuali kepada hamba-hamba-Nya yang suci dan selalu MENDEKATKAN DIRI kepada-Nya serta tidak melakukan banyak maksiat dan dosa.
“Ana sadar utadz, selmaa ini ada sudah khilaf, banyak sekali maksiat yang telah ana lakukan, dan kedzoliman lainnya, hingga apa yang ana lakukan dalam dakwah ini tidak terlihat hasilnya”
“Bagaimana dengan aktifitas dakwah antum dikampus?”
Fenomena menarik yang perlu kita cermati adalah bagaimana prilaku para aktivis dakwah kampus (ADK-red) saat ini? Saat menuju mihwar dauli ini, maka dakwah pun kian berkembang, khususnya pada dakwah kampus. Hal ini berimplikasi pada banyaknya agenda-agenda dakwah yang dilakukan di kampus, intensitas pertemuan ikhwan-akhwat pun tidak dapat dihindari sehingga menjadi suatu hal (aktivitas) yang tidak tertinggalkan setiap harinya. Bahkan mengadakan pertemuan tanpa hijab (tabir pembatas ruangan laki-laki dan perempuan), sering menelepon membahas agenda urgent untuk syuro (baca: rapat) selanjutnya, mengirim sms, misscall untuk mengingatkan jam syuro sudah dimulai, chatting, e-mail dan sarana telekomunikasi lainnya telah menjadi corak yang mewarnai pergaulan ikhwan-akhwat hari ini. Kelonggaran ini kian terjadi dan terus merambat ke hal-hal lain. Misalnya beberapa waktu yang lalu dengan dikoordinir lembaga dakwah kampus mengadakan rihlah bareng ikhwan-akhwat ke luar kota dan menginap selama beberapa hari.[1]
“Banyak-banyaklah istighfar akhi, antum harus perkuat pemahaman antum, jauhi maksiyat, perkuat keimanan antum, tidak ada kata terlambat dalam dakwah dan kebaikan”
“Syukron ustadz”
[1].risalahdakwah.com
ceumungudh qaqa!!!
BalasHapus