
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.." (Qs.Al-Baqarah:216)
Namun kodrat manusia senantiasa berharap apa yang kita harapkan dapat dikabulkan. Tentunya, dalam proses berharap untuk mencapai keinginan semuanya itu, tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan Allah SWT dalam memberikan jawaban atas doa dan ikhtiar yang kita dipanjatkan.
“…Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (Qs.Al-Ra’du:11)
Islam mengajarkan keistimewaan bahwa segala apa yang diharapkan hingga menjadi kenyataan sebanding lurus dengan doa, ikhtiar, tawakal yang dilakukan penuh kesungguhan. Hasil bukanlah segalanya, karena proses untuk mendapatkannya yang lebih berharga, juga karena ranah hasil, bukanlah ranah kita sebagai hamba, melainkan ranahnya Allah SWT dalam menentukan jawabannya atas ikhtiar, doa dan tawakal hamba-Nya.
"Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, kamu pasti akan menemuinya," (Qs.Al-Insyiqaq:6)
Ikhtiar, doa, dan tawakal adalah satu paket kunci untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Ikhtiar tidak akan ada artinya jika tidak disertai dengan doa, begitu juga dengan doa yang kita panjatkan, tidak akan ada artinya jika kita tidak berikhtiar dan bertawakal penuh kesungguhan. Semuanya saling berkaitan dan punya fungsinya dalam kehidupan. Berdoa merupakan wujud bahwa Allahlah yang menentukan segala hasil dari Ikhtiar kita. Sedangkan ikhtiar merupakan wujud aksi kita untuk meraih keinginan dan harapan. karena ikhtiar itu adalah bergerak bukan diam dan membutuhkan aksi nyata dan penuh kesungguhan. man jadda wa jadda (siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil).
Selain kesungguhan dalam berdoa, berikhtiar dan bertawakal, juga harus diiringi dengan tujuan yang suci yaitu semata-mata karena ingin mendapat ridho Allah SWT. Sejatinya, ketika ridho Allah yang menjadi tujuan sebagai pengiring doa, ikhtiar dan tawakal untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, maka senantiasa kita harus mendekatkan diri kepada-Nya. Sebagaimana pesan Ibn Athaillah “Bagaimana engkau menginginkan sesuatu yang luar biasa, padahal engkau sendiri tak mengubah dirimu dari kebiasaanmu?"
Sadarlah bahwa selama ini kita terjebak akan doa yang panjatkan, kita senantiasa mengharapkan dan menginginkan yang terbaik dari Allah, tetapi kita begitu jarang meminta dan berusaha untuk bisa menjadi lebih baik lagi. Maka selain kesungguhan dan tujuan sebagai pengiring doa, ikhtiar dan tawakal kita untuk sesuatu yang kita inginkan, alangkah lebih baiknya jika kita iringi pula dengan upaya memperbaiki diri.
Namun, bagaimana jika doa, ikhtiar dan tawakal yang sudah kita lakukan penuh kesungguhan, kejelasan tujuan bahkan diiringi juga dengan perbaikan diri, untuk mendapatkan keinginan yang kita harapkan, tetapi hasilnya tak kunjung datang?. Ingatlah bahwa Allah memiliki skenario yang indah atas jawaban dari doa, ikhtiar dan tawakal hamba-Nya melalui hal yang tak diduga-duga, melalui arah yang tidak disngka-sangka, bahkan diluar nalar dan logika.
“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Qs.At-Thalaq:3)
Jangan pernah sungkan dan enggan untuk berdoa, berikhtiar dan bertawakal kepada Allah SWT. Karena yakinlah bahwa Allah menyaksikan setiap bagian-bagain proses yang kita lakukan. Allah Maha Mengetahui, dan tentunya Allah mengetahui apa yang kita minta, Allah mengetahui apa yang kita Inginkan, Allah pun mengetahui apa yang kita harapkan. Tetaplah berdoa, berikhtiar dan bertawakal karana itulah yang berharga, dan bukan hasil yang segalanya.
0 comments:
Posting Komentar