Selasa, 12 Februari 2013

Tentang Ukhuwwah dan Profesionalisme

Mendalami makna Ukhuwwah dan Profesionalisme dalam dakwah

Ukhuwwah menjadi dasar membangun profesionalisme atau profesionalisme yang memaksa ukhuwwah tumbuh berkembang?

Pertanyaanya, mana yang harus didahulukan ukhuwwah atau profesionalisme?



Atau mungkin keduanya dapat berjalan dengan sejalan?



Dilemanya, mana yang lebih mengikatkan komitmen di jalan dakwah antara kekuatan Profesionalisme atau kekuatan Ukhuwwah?

Bertambah dilema ketika Profesionalisme dapat mengikis Ukhuwwah. apa iya?

Sedangkan Ukhuwwah apa dapat mengikis profesionalisme?

Jika kasusnya tentang menejemen "afwan", dikala deadline datang, sedangkan profesionalisme santar dikumandangkan. lantas mana yang harus diproritaskan?

Atau ketika profesionalisme hanya sebatas pajangan, hingga sekat ukhuwwah jadi terkekang?

Jika dikaitkan dengan komitmen, apakah dalam ukhuwwah ada komitmen?

Bukankah Ukhuwwah yang justru dapat mengikat komitmen?

Cukup sudah bertanya tentang profesionalisme dan ukhuwwah, karena  hakikatnya jalan dakwah memerlukan keduanya.


إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلَّذِينَ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِهِۦ صَفًّۭا كَأَنَّهُم بُنْيَٰنٌۭ مَّرْصُوصٌۭ

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (QS As Saff :4)

Dalam ayat ini Allah SWT memuji orang-orang yang berperang di jalan Allah dengan barisan yang teratur dan dengan persatuan yang kokoh. Dia menyatakan: "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya Allah menyukai kaum muslimin yang berperang di jalan Allah dengan barisan yang teratur dengan kesatuan dan persatuan yang kuat, tidak ada dicelah-celah perpecahan, walaupun perpecahan yang kecil sekalipun, seperti tembok yang kokoh yang tersusun rapat dari batu-batu beton.

Ayat ini mengisyaratkan kepada kaum muslimin agar mereka menjaga persatuan yang kuat dan kesatuan yang kokoh, memberi semangat yang tinggi, suka berjuang dan berkorban di dalam kalangan kaum muslimin.
Membentuk dan menjaga persatuan serta kesatuan di kalangan kaum muslimin berarti menyingkirkan segala sesuatu yang mungkin menimbulkan perpecahan. seperti perbedaan pendapat tentang sesuatu yang sepele dan tidak penting, sifat mementingkan diri sendiri, sifat membangga-banggakan suku dan keturunan, sifat mementingkan golongan, sifat yang tidak berprikemanusiaan dan sebagainya. Cukuplah kaum muslimin merasakan penderitaan yang berat pada masa yang lalu, karena pendapat yang menyatakan bahwa orang-orang keturunan Arab itu lebih mulia dari orang-orang yang bukan keturunan Arab, mengakibatkan terjadinya pertentangan dan peperangan di kalangan kaum muslimin yang berbeda keturunan, yang pada hakikatnya bersumber dari semboyan itu.
Padahal Rasulullah bersabda:

لا فضل لعربي على أعجمي إلا بالتقوى 


Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas seorang Ajam (bukan Arab) kecuali dengan takwa. (Lihat Al Mu'jamul Mufahras Li Alfazil Hadisin Nabawi, halaman 162, jilid V) 

Karena itulah dalam membina persatuan dan kesatuan, Allah memperingatkan dan memerintahkan kaum-muslimin menjaga dan mengatur saf dalam salat dengan rapi, bahu membahu, tidak ada satu pun tempat yang terluang, karena tempat yang terluang itu akan diisi oleh setan, sedangkan setan adalah musuh manusia Tidaklah baik seseorang salat sendirian di belakang saf, kecuali dengan menarik ke belakang seorang yang berada dalam saf yang di depannya. Mengatur barisan dalam salat merupakan latihan mengatur barisan dalam berjihad di jalan Allah. (lihat http://www.qtesting.16mb.com/quran/detail/surat/61/ayat/4.html)


wallahu a'lam


0 comments:

Posting Komentar