Jumat, 24 Februari 2012

Allah Ingin Melihat Ikhtiarku



Subhanallh
Walhamdulillah
Wallahu Akbar

Sekejap bulu kuduk ini merinding di tengah rasa kaharuan yang mendalam, tak ku sangka bahkan sampai saat ini pun, aku mengangap ini semua sebuah mimpi yang yang indah dengan taburan kenikmatan yang tiada tara dari-Nya. Ya, memang inilah salah satu jalan yang kuandalkan, ku harapkan meski ku yakin saat itu “masih banyak jalan bagi mereka yang bersunguh-sungguh” untuk mengejar keinginan untuk kuliah. Disinilah ku berada dan disinilah aku bernaung, entah berapa banyak perjuangan tuk sampai saat ini, dan aku sadar perjuangan yang  ku lakukan ini bukanlah apa-apa, dibanding perjuangan orang lain yang dibelahan dunia sana. Satu kata ALHAMDULILLAH.


IBU,AYAH,ADIK, dan Mereka yang selalu ku sayangi. ini aku, aku ingin kuliah, aku ingin menggali ilmu. “Tapi biaya kuliah itu tak murah nak”. “Biarkan saja, aku ingin kuliah, meski tangan ini kugunakan untuk mencuci piring diwarung makan tuk membiayainya”, Hingga tiba waktunya, semua orang bahagia dengan hasil pengumuman dimana tertera nama mereka berada, “yaa universitas Indonesia”,termasuk namaku berada disana meski saat itu Allah menakdirkanku dan memberi jalan yang terbaik dan keputusan yang terbaiknya di pilihan ku yang kedua, ALHAMDULILLAH. Berita itu langsung ku sampaikan kepada mereka yang senantiasa selalu ku sayangi. Bahagia itu pun tak lama, “kamu yakin nak mau kuliah?,sholat istighorohlah, mintalah petunjuk dari-Nya”, pinta ibuku.  Aku yakin ibu Allah telah memberi jalan ini, apapun kelak didepan begitu banyak sandungan aku siap hadapi ibu, dan ku yakin banyak jalan bagi mereka yang bersungguh-sungguh.” Air mata itu pun jatuh, pelukan hangat menjadi pelekat hati yang kini selalu kurindukannya.

Perjuangan itu pun dimulai, semua berkas ku lengkapi, hingga keluar pengumuman hasil keringanan biaya. Kecewa saat itu, hasilya jauh dari apa yang  kuharapakan.  Langah selanjutnya yaitu banding dan kuyakin ini menjadi  langkah yang kuharapakan dan kunanti, lobi dan negosiasi yang menghabiskan lebih dari setengah hari ku jalani, namun kali ini kecewa ku alami kembali selama 9 jam menunggu tak mandapat hasil yang memuaskan, pintaku tak dapat dipenuhi, namun sedkit jalan terbuka yaitu angsuran, cukuplah untuk memberi waktu untuk mencari llham dari jalan ini. Tak ada kata menyerah, langkah apapun kujalani, termasauk jarkom demi jarkom dan ketikan sms ku tujukan ke murobi, teman, sahabat, hingga mereka yang kuyakin dapat peduli dan harapan menjadi malaikat pembuka jalan. Saat itu pula ku menemukan indahnya ukhuwah, indahya jalan dengan naungan kelekatan persaudaraan, simpati mereka begitu luar biasa, lantunan doa mereka dan kepedulian meraka dapat kembali merekahkan semangat ini.

Inilah takdir dan rencana-Nya, malam itu dengan grimis hujan  menemani setiap langkahku menuju pertemuan dengan murobiku, disalah satu masjid di pusat kota dimana ku tinggal, tak kenal pagi sebelum pertemuan itu banyak sekali rangkaian langkah kulalui, satu kata biarlah langkah ini terus melangkah hingga jalan itu kelak kutemui pintu keluarnya. Aku pun diajak tuk menemuui seseorang yang kini begitu banyak jasa yang telah ia korbankan untukku, di rumahnyalah ku keluarkan masalahku, ku ceritakan keadaanku, hingga kala itu uang Rp 200.000, pindah dari tanganya ke tanganku, “Allahmdulillah” cukup sudah di tahap awal, dimana dengan uang itu aku dapat kembali menghirup udara segar, dan satu pintu telah terbuka. Dan ku yakin  pintu lain pun kelak kan mengikuti.

ALHAMDULILLAH banyak-banyaklah bersyukur, bagiku tak ada kata lain selain bersyukur atas nikmat-Nya, karena ku yakin “Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhan-mu memaklumkan, sesungguhnya jika kamu bersyukur , pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azabku amat pedih.” QS. IBRAHIM:7. Dengan uang Rp 200.000 hasil pemberian seseorang, ditambah uang ibuku yang saat itu memang hanya ada Rp 500.000, akhirnya dapat menuntunku mengenakan  jaket kuning,  memang jalan tempuh yang kulakukan dengan mengajukan BOP-B, juga jalan tempuh banding serta negosiasi dengan jajaran staf keuangan universitas, memutuskan pembayaran selama 5 bulan yang dimulai dari bulan Agustus-Desember, namun 2 bulan terakhir angsuran tepatnya bulan Nopember-Desember dapat dibayarkan dengan rekomendasi direktur keuangan dan mahalum fakultas. Huhf.. cukup menyesakan nafas tapi tak dapat menghentikan nafasku, satu tekad maju terus dengan keyakinan bahwa “seseungghnya banyak jalan untuk mereka yang bersungguh-sungguh”, .
***
“Universitas Indonesia universitas kami, Ibukota negara pusat ilmu budaya bangsa....” lagu genderang ui dengan semangat kunyanyikan, suara jelekku hilang diantara gemuruh suara para pemenang dengan jaket kuning yang dikenakan. Kembali syukur itu terucap, dengan bangga jaket kuning yang dipadukan dengan kemeja putih dan celana panjang putih menambah indah suasana saat itu seindah senyuman para wisudawan.

Satu bulan sudah, si anak pedagang kaki lima ini mulai merenda awalan kisah masa-masa kuliah. Bangga dan bahagia, dikala pagi tiba aku siap dengan sepeda mengayuhnya hingga sampai pada stasiun kereta. Memang, moda transportasi masal ini yang kuandalkan, meski menunggu keberuntungan kereta datang sesuai perhitungan. Namun, kerap kali aku tidak beruntung.

Tepat di bulan oktober, kembaki aku teringat harus melunasai cicilan uang kuliah ku yang belum terbayarankan. Uang senilai satu juta rupiah sangatlah bernilai bagiku untuk memperpanjang nafasku di universitas ini, dan kembali aku menemukan kembali semangat dari kalimat “banyak jalan bagi mereka yang bersungguh-sungguh”. Alhasil aku pun bersunguh-sungguh mencari uang itu. Alhamdulillah aku dapat uang itu dari salah satu yayasan di daerah jakarta. Sykukurku kembali terucap. “ALHAMDULILLAH”

Kini bulan berganti, bayang sisa pembayaran kian menghampiri, harap bertahan kuliah memaksaku berfikir untuk membayar sisa dibulan ini. Tepat hari itu, tiga hari sebelum batas akhir pembayaran, ditanganku hanya ada satu lembar uang lima puluh ribuan, sedangkan uang yang harus dibayarkan dibulan ini sejumlah dua juta rupiah. Kembali semangat itu muncul “benyak jalan bagi mereka yang bersungguh-sungguh”, bismillah. Langkah kakiku mengarahkan pada subuah mushola fakultas, dan dua rakaat diwaktu duha pun terlaksana, tak lama salam terucap terlihat seorang pemuda yang menghampiriku,
“Mas, bisa tolong saya?” pinta pemuda itu
“InsyaAllah bisa, ada apa ya?”
“Saya mau pinjam uang, saya sudah seminggu di Jakarta, dan mau pulang ke Bandung tapi saya tidak ada uang, dan saya mau pinjam uang ke mas”
“Butuh berapa mas?” tanyaku padanya
“berapa saja, asal bisa membantu saya untuk pulang”
Aku pun berfikir bahwa aku hanya ada uang lima puluh ribu rupiah ditangan, sedangkan aku sendiri sedang membutuhkan uang untuk pembayaran cicilan uang kuliah yang belum terbayarkan. Disaat seperti itu aku teringat dengan sebuah tausiyah tentang “berbagilah walaupun, dalam keadaan sulit”
“saya ada sedikit uang buat mas, semoga bisa membantu”, ku serahkan uang sejumlah dua puluh ribu rupiah untuknya.
“Terimaskasih ya mas” ucap pemuda itu.
***
Waktu semakin berlalu, kuliah pun selesai dengan lancar. Setelah  tiga rakaat waktu maghrib ku tunaikan, aku kembali memikirkan untuk mencari jalan mendapatkan uang untuk tagihan kuliah yang semakin dekat batas pembayarannya. Dan waktu itu, aku putusan untuk segera pulang menuju rumahku. kali ini stasiun Universitas Indonesia menjadi tujuanku, setelah sampai sana aku disambut dengan kumandang adzan pertanda waktu Isya,  kembali langkah ini, mengharuskan ketempat sumber adzan itu. Setelah empat rakaat telah ku laksanakan, aku bersiap kembali kestasiunyang meemang jaraknya tak jauh dari masjid tempat ku sholat isya. Disela aku bersiap memakai sepatu, tiba-tiba ada bapak setengah baya yang juga sedang memakai sepatu membuka pembicaraan kepadaku.
“Mas abis kerja ya?” tanyanya
“oh tidak, saya masih kuliah”
“Hati-hati ya mas”
“Hati-hati kenapa?” tanyaku
“Hati-hati kalau naik kereta, soalnya banyak orang jahat, saya aja baru kena copet mas, dompet saya yang didalamnya ada uang, KTP, surat-surat penting keambil” jelasnya
“innalillahi, jadi bapak pulang naik apa? Rumahnya dimana?”
“nah itu, sebenarnya saya mau pinjam uang sama masnya, untuk pulang”
“Berapa mas? Saya Cuma ada uang sedikit”
“ga apa-apa ma, itu cukup koq, makasih ya mas”
Dan uang sepuluh ribu yang ada ditangan, ku serahkan kepadanya. Kini uangku tinggal dua puluh ribu, dan aku kembali berpikir, bagaimana menjadikan uang duapuluh ribu menjadi dua juta rupiah.
***
Dua hari batas pembayaran kuliah, dimalamnya aku bersama teman-teman pengajianku mengikuti kegiatan yang dinamakan mabit. Paginya, salah satu sahabatku mengajakku untuk keruumah salah seorang yang tidak ku kenal,  tanpa basa basi sang pemilik rumah memberikan uang dua juta rupiah yang katanya untuk pembayaran kuliahku. Alhamdulillah syukurku krmbali terucap. Ternyata sahabatku itu telah menceritakan masalahku saat itu, dan alhamdulillah aku pun kembali dapat menghirup nafas segar untk melanjutkan kuliahku. Sampai saat ini aku pun tidak akan melupakan jasa bapak yang tidak ku kenal itu, hanya doalah yang bisa ku utarakan semoga bapak yang telah memberiku uang senantiasa diberikan keberkahan dalam hudupnya juga untuk sahabatku yang telah membantuku, hingga akhirnya akau menemukan keajaiban dari kalimat “banyak jalan bagi mereka yang bersungguh-sungguh”.

Esok harinya aku kembali menemukan keajaiban-kejaiban itu, sebuah pesan yang masuk kedalam telepon genggam ku yang terlulis “InsyaAllah ilham sudah bisa pindah keasrama Etos” Alhamdulillah sujud syukurku sebagai tanda syukur atas nikmat-Nya yang indah. Inilah sebuah jalan yang ku idamkan, beasisiwa yang kini membawaku pada kondisi yang jauh dari sebelumnya. Disini aku mendapatkan berbagai pengalaman dan keindahan yang tak tergantikan oleh apapun.
Alhamdulillah, inilah rencana-Nya  “Allah inggin melihat Ikhtiarku”.

Ilham Ramdoni
Etoser Jakarta 2010 

0 comments:

Posting Komentar